Daftar Isi
ToggleSekilas Tentang Diuretik
Diuretik adalah jenis obat-obatan yang berfungsi untuk membuang kelebihan cairan dan garam di dalam tubuh untuk kemudian dikeluarkan bersamaan dengan urin. Konsumsi obat ini biasanya disertai efek peningkatan keinginan untuk berkemih (buang air kecil). Berkat peran diuretik dalam membuang cairan berlebih maka sering pula disebut dengan istilah “pil air”.
Secara umum obat diuretik akan ditemukan pada resep pasien hipertensi yang membantu menstabilkan kadar cairan dalam tubuh. Sehingga menghentikan penumpukan cairan yang bisa menekan dan menyempitkan pembuluh darah. Efeknya peredaran darah lebih lancar dan tekanan darah pun berangsur-angsur normal.
Selain menangani kondisi hipertensi, obat diuretik juga bisa digunakan untuk mengatasi kondisi medis lainnya. Misalnya saja menangani edema (penumpukan cairan) yang dialami pasien jantung, ginjal, dan pada beberapa kasus pada pasien diabetes yang mengalami komplikasi pada jantung atau ginjal.
Baca juga Apakah Bahaya Obat Kimia Memang Ada? Berikut Penjelasannya
Jenis Obat Diuretik Secara Umum
Meskipun obat diuretik adalah obat yang lumrah diresepkan kepada pasien ginjal dan jantung, namun jenis obat diuretik yang diberikan bisa berbeda. Sebab jenis dari obat ini ternyata beragam dengan fungsi yang berbeda satu sama lain. Berikut adalah jenis-jenis obat diuretik tersebut:
Thiazide
Merupakan jenis obat diuretik yang paling sering diresepkan oleh dokter, dan biasanya untuk pasien hipertensi. Diuretik jenis ini selain membantu mengeluarkan cairan berlebih di dalam tubuh. Juga membantu menenangkan pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah secara perlahan.
Dilihat dari cara kerja, thiazide ini mengurangi proses penyerapan natrium dan merelaksasikan pembuluh darah. Sehingga bisa menyebabkan intensitas buang air kecil meningkat sekaligus menurunkan tekanan darah yang tinggi. Contoh diuretik ini adalah metolazone, indapamide, dan chlorthalidone.
Diuretik Loop
Diuretik jenis ini membantu tubuh menurunkan penyerapan dari kalium, natrium, dan juga klorida di dalam ginjal. Kinerja obat semacam ini akan membuat tubuh mengeluarkan garam dan cairan berlebih bersamaan dengan urin. Biasanya diresepkan oleh dokter untuk pasien yang bermasalah dengan kadar ketiga mineral tersebut. Misalnya saja pada pasien ginjal.
Diuretik Hemat Kalium
Diuretik hemat kalium memiliki cara kerja meningkatkan volume cairan dan natrium di dalam urin. Namun tetap mempertahankan kadar kalium di dalam tubuh, sehingga diuretik jenis ini diberikan kepada pasien yang kadar kaliumnya tergolong rendah. Pemberiannya juga sering dijumpai pada pasien hipertensi dan penyakit jantung.
Diuretik Osmotik
Diuretik jenis berikutnya adalah diuretik osmotik yang membantu meningkatkan volume cairan yang disaring oleh ginjal. Namun diuretik ini juga mencegah cairan yang disaring tersebut kembali ke organ ginjal. Sehingga diuretik jenis ini cukup sering diresepkan pada pasien ginjal.
Sumber Diuretik Alami sebagai Alternatif
Diuretik secara umum bisa dalam bentuk obat dan konsumsinya disesuaikan dengan resep dokter. Namun beberapa jenis makanan dan minuman memiliki sifat diuretik, sehingga bisa menjadi obat diuretik alami. Sumber diuretik alami ini antara lain:
Teh Hijau
Semua orang sepertinya kenal dengan teh hijau, selain menjadi jenis teh dengan cita rasa yang khas dan alami. Juga dikenal sebagai minuman yang mengandung antioksidan tinggi dan tentunya bermanfaat untuk kesehatan. Selain dari itu, ternyata teh hijau juga termasuk ke dalam jenis diuretik alami yang memiliki efek meningkatkan intensitas berkemih.
Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan di dalam International Scholarly Research Notice. Dijelaskan bahwa mengkonsumsi teh hijau baik dalam jumlah cukup banyak maupun sedikit memberi efek diuretik. Sehingga meminum beberapa cangkir teh hijau bisa membuat seseorang lebih sering buang air kecil.
Teh Hitam
Selain teh hijau, minuman dengan efek diuretik lain dari keluarga teh adalah teh hitam. Teh yang melewati proses fermentasi ini mengandung kafein dan membuatnya punya efek diuretik secara alami. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan di dalam European Journal of Clinical Nutrition. Bahwa teh hitam mengandung kafein dan membuatnya bersifat diuretik, namun dibandingkan dengan kopi kadar kafeinnya lebih rendah.
Peterseli
Peterseli atau parsley selama ini lebih sering dijadikan garnish atau pemanis tampilan makanan di piring saji. Namun siapa sangka, jika tanaman dengan aroma khas dan kuat ini juga termasuk sumber diuretik alami. Sebab menurut hasil sebuah penelitian menunjukan bahwa pasien ginjal yang mengkonsumsi peterseli memiliki peningkatan keinginan buang air kecil.
Paku Ekor Kuda
Paku ekor kuda merupakan salah satu jenis dari tanaman pakis dan menurut hasil berbagai penelitian, tanaman ini memiliki efek diuretik alami. Sifat ini dimiliki karena di dalam paku ekor kuda terdapat kandungan zat bernama hydrochlorothiazide yang merupakan zat diuretik. Biasanya dikeringkan lalu diminum dengan cara diseduh seperti teh, selain itu juga diekstrak untuk dijadikan bahan tambahan pada pembuatan obat-obatan tertentu.
Jintan Hitam
Jintan hitam selain dikenal sebagai rempah juga diketahui menjadi salah satu herbal. Kandungan senyawa tertentu di dalamnya memberi efek diuretik, sehingga menjadi sumber diuretik alami yang bisa dicoba. Bahkan dengan sifat ini, jintan hitam diketahui efektif menstabilkan kadar kalium dan natrium di dalam tubuh sehingga bermanfaat untuk pasien hipertensi.
Kembang Sepatu
Tanaman kembang sepatu, yakni bunganya memiliki sifat diuretik dan sesuai dengan apa yang disampaikan di dalam Journal Ethnopharmacol. Melalui sejumlah penelitian diketahui bahwa bunga sepatu atau kembang sepatu membantu pasien ginjal dalam menyaring cairan.
Konsumsinya membantu meningkatkan produksi urin sekaligus mencegah edema (penumpukan cairan). Kembang sepatu biasanya sering dijadikan sebagai campuran teh, dan bisa juga diekstrak untuk komposisi obat-obatan.
Diuretik alami memang bisa menjadi alternatif, namun ada baiknya tetap dikonsultasikan dengan dokter. Sebab diuretik memiliki efek samping dan tentu membahayakan kesehatan jika dikonsumsi berlebihan. Sebab diuretik selain mempengaruhi kadar cairan dalam tubuh juga akan mempengaruhi kadar mineral, maka konsumsinya harus dengan resep dokter.