Pernahkah mendengar penyakit bernama emfisema? Bagi beberapa orang istilah penyakit ini mungkin masih sangat asing. Namun bagi beberapa bisa jadi merupakan istilah yang sangat familiar, karena ada kerabat atau orang sekitar yang mengalaminya. Penyakit emfisema masuk ke dalam penyakit di organ paru-paru dan masih menjadi bagian dari PPOK atau Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Berikut adalah penjelasan detailnya.
Emfisema adalah kondisi dimana kantong udara atau alveoli di organ paru-paru mengalami kerusakan. Alveoli sendiri menjadi bagian akhir di dalam sistem pernafasan dan kerusakan di bagian ini menyebabkan jumlah oksigen di dalam darah berkurang. Dalam jangka panjang emfisema bisa menyebabkan beberapa komplikasi, seperti:
Meskipun kerusakan yang ditimbulkan oleh emfisema nyaris mirip dengan bronkitis, namun bagian paru-paru yang rusak antara keduanya berbeda. Pada emfisema kerusakan ada pada alveoli sedangkan pada bronkitis ada pada lapisan tabung bronkial. Keduanya juga masih menjadi bagian dari PPOK dan mayoritas disebabkan oleh rokok.
Baik kebiasaan merokok pasien yang bersangkutan maupun dari aktivitas merokok orang sekitar. Menurut catatan kesehatan Amerika Serikat, merokok menyumbang kasus penyakit paru-paru yang sangat tinggi dan 80% diantaranya adalah emfisema. Emfisema bahkan menyebabkan kematian cukup tinggi dan jumlah penderitanya dari tahun ke tahun terus naik.
Adapun gejala umum yang muncul pada saat seseorang menderita penyakit emfisema ini adalah:
Secara perlahan pasien emfisema akan mengalami gangguan untuk beraktivitas. Ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk menjalani aktivitas apapun. Dimulai dari kegiatan sehari-hari maupun saat berolahraga. Sehingga penting untuk segera ditangani dengan tepat oleh tim medis.
Penyakit emfisema juga memiliki banyak faktor penyebab, beberapa faktor yang paling umum adalah:
Kebiasaan merokok menjadi salah satu penyebab utama dari kondisi emfisema, sehingga perlu diwaspadai. Perokok aktif didominasi oleh kaum pria sehingga sebagian besar penderita emfisema adalah dari kalangan ini. Meskipun begitu perokok pasif juga memiliki resiko sama tingginya untuk terkena emfisema, termasuk kalangan wanita.
Sebab paparan asap rokok yang terjadi terus-menerus bisa merusak berbagai bagian di paru-paru, termasuk alveoli yang menyebabkan emfisema. Racun di dalam asap rokok memang bisa merusak organ paru-paru, sehingga penting sekali untuk menjauhi kebiasaan merokok bagi perokok aktif maupun asap rokok bagi perokok pasif.
Kerusakan pada kantung udara atau alveoli di paru-paru tidak hanya disebabkan oleh paparan racun asap rokok. Melainkan bisa pula dari kondisi lingkungan yang sudah tercemar, terutama pada kondisi polusi udara. Udara kotor akibat polusi berpotensi meningkatkan resiko terkena emfisema dan gangguan paru-paru lainnya.
Polusi udara ini tidak hanya disebabkan oleh asap kendaraan di wilayah perkotaan, khususnya kota besar dengan jumlah pengendara yang tinggi. Namun juga di lingkungan yang berdekatan dengan area pembuangan dan pengolahan limbah. Termasuk pula di lingkungan industri yang berdekatan dengan bahan-bahan kimia yang aromanya menyengat.
Apabila kondisi udara di tempat kerja memang beresiko tinggi menyebabkan emfisema. Maka penting sekali untuk mengikuti SOP keamanan kerja yang sudah dibuat oleh perusahaan dan pihak terkait. Meskipun SOP ini terlihat dan terkesan berlebihan namun ada alasan kuat mengapa diterapkan, salah satunya untuk menjaga keselamatan karyawan di lokasi kerja.
Penyakit emfisema juga bisa disebabkan oleh infeksi di paru-paru yang terjadi secara berulang. Jenis infeksi ini memang beragam, seperti TBC dan juga pneumonia maupun yang lainnya. Maka ketika infeksi terjadi perlu segera ditangani dan melakukan pencegahan agar tidak kembali terulang.
Lebih memperhatikan kesehatan paru-paru pasca terjadi infeksi sangat penting untuk dilakukan. Salah satunya untuk mencegah emfisema yang dalam kondisi sudah parah bisa merusak paru-paru secara keseluruhan. Belum lagi dengan komplikasi dari emfisema ini, maka penting sekali untuk menjaga kesehatan organ paru-paru.
Emfisema juga bisa disebabkan adanya cacat atau kelainan pada antitripsin alpha 1 yang disebut juga dengan istilah AAT. Cacat ini merupakan kelainan genetis yang terjadi begitu saja tanpa ada faktor pemicu. Kelainan ini ditandai dengan jumlah AAT yang lebih sedikit dari seharusnya di dalam darah.
AAT bersifat antitripsin yang dapat melawan enzim tripsin di dalam sel darah putih agar bekerja dengan normal, yakni menyerang zat-zat asing yang merupakan patogen penyakit. Namun karena jumlah AAT ini kurang maka kemampuan tersebut pun berkurang atau bahkan hilang.
Akibatnya sel darah putih yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh menyerang organ paru-paru. Salah satu kerusakan yang ditimbulkan adalah kebocoran di kantung udara atau alveoli. Sehingga berakhir menjadi emfisema, yang akan memunculkan berbagai gejala dan komplikasi seperti yang dijelaskan di atas.
Membantu mencegah penyakit emfisema maka Anda bisa melakukan beberapa upaya sebagai berikut:
Emfisema merupakan penyakit di organ paru-paru yang bisa berakibat fatal, maka kenali gejalanya agar bisa segera ditangani ketika terjadi. Selain itu Anda juga perlu melakukan pencegahan agar penyakit emfisema ini tidak mengancam jiwa.
PT. Autoimun Care Indonesia memberikan fasilitas konsultasi gratis untuk Anda yang memiliki keluhan atau masalah mengenai pengobatan Penyakit Ginjal.
HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus ini menghancurkan sistem kekebalan tubuh manusia,…
Keputihan kerap kali mengganggu aktivitas sehari-hari bagi perempuan. Selain menyebabkan perasaan tidak nyaman, bau yang…
Menurut National Eczema Association (NEA), diketahui bahwa sensasi gatal pada kulit yang tidak teratasi bisa…
Informasi apakah menelan sperma bisa hamil adalah mitos belaka. Sebab faktanya sendiri, saluran reproduksi wanita…
Zat besi adalah komponen pokok dari hemoglobin, sejenis dari protein di dalam sel darah merah…
Meskipun sama-sama disebut gagal ginjal ternyata ada perbedaan gagal ginjal akut dan kronik sangat signifikan…
This website uses cookies.