Search
Close this search box.

[vc_row full_height=”yes” css=”.vc_custom_1619086228276{margin-top: -130px !important;background-color: #f4eff7 !important;}”][vc_column width=”1/4″][/vc_column][vc_column width=”1/2″][vc_column_text]

Sebelum Kita mulai, izinkan Kami bertanya kepada Anda untuk membantu Kami memberikan solusi dan informasi terbai kuntuk Anda.

Oke! Terima kasih....

Sebelum test, baca dulu Tipe-tipe Sakit Kepala berikut!

[/vc_column_text][/vc_column][vc_column width=”1/4″][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column][vc_custom_heading text=”Tipe-tipe Sakit Kepala” font_container=”tag:h2|text_align:center” use_theme_fonts=”yes”][vc_column_text]International Headache Classification membagi sakit kepala menjadi sakit kepala primer (kondisi sakit kepala itu sendiri), dan sakit kepala sekunder (ada penyebab yang mendasar).

Di antara sakit kepala primer, tiga kelompok dibedakan: migrain, sakit kepala tipe tegang (tensions headache), dan sakit kepala kluster (cluster headache) yang ditulis dalam jurnal Neurological Sciences. Sakit kepala primer memberi pengaruh yang besar pada kondisi kesehatan seseorang.[/vc_column_text][gem_divider margin_bottom=”20″][vc_custom_heading text=”1. Migrain” font_container=”tag:h6|text_align:left” use_theme_fonts=”yes”][vc_column_text]Saat ini  migrain merupakan penyakit paling umum keenam di dunia dan merupakan penyebab utama kecacatan, sehingga menimbulkan beban berat bagi individu dan masyarakat. Migrain merupakan kelainan otak yangmana serangan dimulai pada daerah subkortikal (Edvinsson et al., 2019).

Sakit kepala jenis ini biasanya berupa sakit yang berdenyut hanya pada satu sisi kepala yang dapat berlangsung selama beberapa jam, atau bahkan berhari-hari. Migrain juga bisa disertai dengan gejala lain seperti mual, muntah, dan lebih sensitif terhadap suara bising atau cahaya.[/vc_column_text][gem_divider margin_bottom=”20″][vc_custom_heading text=”2. Sakit kepala tipe tegang (tensions headache)” font_container=”tag:h6|text_align:left” use_theme_fonts=”yes”][vc_column_text]Titik nyeri pada sakit kepala tipe tegang biasanya dirasakan pada otot upper trapezius, otot infra spinatus dan otot levator scapula.

Penyakit ini termasuk dalam sakit kepala bilateral dengan tanda seperti mengikat, menekan yang bersifat ringan sampai sedang dengan faktor pemicu seperti stres, depresi, kegelisahan dan menggunakan smartphone dan laptop yang lama (Ardiani dkk, 2018).

Hal yang dirasakan oleh penderita biasanya berupa nyeri di kedua sisi kepala, belakang mata, dan terkadang juga di leher yang terkadang seperti kepala sedang terlilit oleh tali.[/vc_column_text][gem_divider margin_top=”20″][vc_custom_heading text=”3. Sakit kepala kluster (cluster headache)” font_container=”tag:h6|text_align:left” use_theme_fonts=”yes”][vc_column_text]Sakit kepala kluster ditandai dengan serangan sakit kepala sebelah yang sangat menyakitkan disertai adanya rasa gelisah dan agitasi. Sakit kepala dapat berlangsung selama 15-180 menit dan terjadi hingga 8 kali sehari (Hofman dan May, 2018).

Perbedaan migraine dengan sakit kepala kluster yaitu rasa nyeri terjadi secara tiba-tiba dan cenderung terasa di area sekitar mata yang berlangsung sekitar 15 menit sampai 3 jam. Sakit kepala ini juga bisa disertai dengan adanya mata merah, bengkak, dan berair.[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row full_width=”stretch_row” css=”.vc_custom_1619081579795{background-color: #f4eff7 !important;}”][vc_column width=”1/4″][/vc_column][vc_column width=”1/2″][vc_column_text]

Sebelum Kita lanjut, izinkan Kami bertanya kepada Anda untuk membantu Kami merekomendasikan opsi terbaik untuk Anda.

Oke! Terima kasih

Yuk baca terus kelanjutannya ! Anda akan tahu hasilnya di akhir halaman ini




[/vc_column_text][/vc_column][vc_column width=”1/4″][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column][vc_custom_heading text=”Penyakit-penyakit berbahaya yang ditandai dengan Sakit Kepala” font_container=”tag:h2|text_align:center” use_theme_fonts=”yes”][vc_column_text]Sakit kepala yang berlangsung secara terus-menerus perlu diwaspadai karena bisa jadi merupakan gejala awal suatu penyakit berbahaya.[/vc_column_text][gem_divider margin_top=”50″ margin_bottom=”50″][vc_custom_heading text=”1. Kanker getah bening (Limfoma)” font_container=”tag:h6|text_align:center” use_theme_fonts=”yes”][vc_single_image image=”1518″ alignment=”center” style=”vc_box_border_circle” border_color=”violet”][vc_column_text]Penyakit limfoma pada manusia merupakan salah satu penyakit berbahaya yang menduduki peringkat paling tinggi yang paling banyak menyerang manusia (Aldo dan Ardi, 2019).

Ada beberapa gejalanya seperti muncul benjolan pada leher; kemudian demam, menggigil, berkeringat di malam hari, mudah lelah, kehilangan nafsu makan, berat badan turun, dan sakit kepala. 

Adapula yang menyebutkan bahwa penderita dapat mengalami anemia, leukositosis, dan trombopenia. Adanya infeksi infeksi atau metastasis kelenjar getah bening juga bias dijadikan diagnosis penyakit limfoma (Storck, 2019).[/vc_column_text][gem_divider margin_top=”50″ margin_bottom=”50″][vc_custom_heading text=”2. Pneumonia” font_container=”tag:h6|text_align:center” use_theme_fonts=”yes”][vc_single_image image=”6326″ alignment=”center” style=”vc_box_border_circle” border_color=”violet”][vc_column_text]Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian bawah yang mengenai parenkim paru dengan gejala yaitu menggigil, demam, sakit kepala, batuk, mengeluarkan dahak, dan sesak napas.

Pneumonia perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang tepat terutama pada efektivitas terapi penyakit pneumonia (Mujahidin dan Pribadi, 2017)[/vc_column_text][gem_divider margin_top=”50″ margin_bottom=”50″][vc_custom_heading text=”3. Hipertensi” font_container=”tag:h6|text_align:center” use_theme_fonts=”yes”][vc_single_image image=”1686″ alignment=”center” style=”vc_box_border_circle” border_color=”violet”][vc_column_text]Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya. Nyeri kepala atau sakit kepala merupakan gejala penting dari berbagai kelainan tubuh organik maupun fugsional (Fadila dan Hawati, 2019).[/vc_column_text][gem_divider margin_top=”50″ margin_bottom=”50″][vc_custom_heading text=”4. Meningitis” font_container=”tag:h6|text_align:center” use_theme_fonts=”yes”][vc_single_image image=”6327″ alignment=”center” style=”vc_box_border_circle” border_color=”violet”][vc_column_text]Meningitis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh adanya peradangan atau infeksi pada selaput pelindung otak yang disebabkan oleh berbagai agen seperti bakteri, mikrobakteri, jamur, dan virus (Pangandaheng dkk, 2017).[/vc_column_text][gem_divider margin_top=”50″ margin_bottom=”50″][vc_custom_heading text=”5. Tumor Otak” font_container=”tag:h6|text_align:center” use_theme_fonts=”yes”][vc_single_image image=”2880″ alignment=”center” style=”vc_box_border_circle” border_color=”violet”][vc_column_text]Nyeri kepala tumor otak digambarkan sebagai nyeri kepala hebat, buruk ketika pagi hari, dan disertai dengan mual dan muntah. Nyeri kepala pada gejala tumor bersifat tidak spesifik, bisa menyerupai nyeri kepala primer tetapi memiliki perjalanan klinis tumor di kepala (Danajoyo dkk, 2019).[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row css=”.vc_custom_1619082800702{background-color: #f4eff7 !important;}”][vc_column][vc_separator border_width=”4″][vc_custom_heading text=”Penasaran sama detail kondisi Anda saat ini?” font_container=”tag:h3|text_align:center” use_theme_fonts=”yes”][vc_column_text]

Anda bisa tanyakan langsung pada Autoimuncare Digital Health Service, dengan mengisi form dibawah ini GRATIS!

[/vc_column_text][vc_column_text]

Ceritakan masalah kesehatan yang Anda rasakan sekarang, agar kami bisa membantu dan memberikan solusi secara tepat.

Semua informasi yang Anda berikan dalam formulir ini akan kami jaga kerahasiaannya demi kenyamanan Anda



Hasil rekomendasi dan informasi berkualitas dari Autoimuncare Digital Health Service akan Kami kirim kepada Anda melalui 3 cara sekaligus yaitu : Email, Chat WA, dan Telepon.
Adapun waktu pengiriman hasil maksimal 1 x 24 jam.
 
Mohon ditunggu kabar baik dan solusinya yang akan Kami sampaikan, terimakasih, sampai jumpa lagi 🙂




[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column][vc_column_text]

Referensi:
Malo-Urriés, Miguel, et al. 2020. Neurological Sciences 41 (10) pp 2801-2810.
Edvinsson, L., Haanes, K. A., dan Warfvinge, K. 2019. Nature Reviews Neurology 15(8) pp 483-490.
Ardiani, N., Widodo, A., dan Rahman, F. 2018. Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi 2(2) pp 1-9.
Hoffmann, J., dan May, A. 2018. The Lancet Neurology 17(1) pp 75-83.
Aldo, D., & Ardi, A. 2019. Sains dan Teknologi Informasi 5(1), pp 60-69.
Storck, K., Brandstetter, M., Keller, U., & Knopf, A. 2019. Head & face medicine 15(1), pp 1-8.
Mujahidin, A., & Pribadi, D. 2017. Jurnal Swabumi 5(2), pp 155-161.
Fadila, R. A., & Hawati, N. (2019). Jurnal Kesehatan dan Pembangunan 9(18), pp 76-88.
Pangandaheng, E. A., Mawuntu, A. H., & Karema, W. 2017. e-CliniC 5(2), pp 114-121.
Dananjoyo, K., Tama, W. N., Malueka, R. G., & Asmedi, A. 2019. Berkala NeuroSains 18(2), pp 94-99.

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]