Lupus merupakan salah satu jenis penyakit inflamasi kronis yang muncul karena sistem kekebalan tubuh keliru dan justru melakukan penyerangan terhadap tubuh serta organ tubuh penderitanya. Inflamasi yang ditimbulkan oleh penyakit lupus dapat menyerang beberapa bagian tubuh, seperti kulit, sendi, darah, paru-paru, dan juga jantung. Penyakit lupus juga sering disebut dengan lupus eritematosus sistemik. maka dari itu anda perlu tahu obat penyakit lupus untuk tubuh anda.
Penyakit autoimun adalah kondisi yang sering digunakan untuk menggambarkan penderita penyakit lupus. Sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh dari berbagai penyakit justru melakukan penyerangan terhadap tubuh penderita lupus. Pada umunya, penyakit lupus disebabkan oleh faktor lingkungan dan juga genetik.
Gejala-gejala penyakit lupus hampir menyerupai gejala penyakit lain sehingga penyakit lupus seringkali sulit untuk dideteksi. Berdasarkan penelitian, penyakit lupus tidak bisa benar-benar disembuhkan, namun beberapa jenis obat bisa diberikan kepada penderita penyakit ini dengan tujuan untuk mengendalikan laju penyakit tersebut.
Baca juga : PENYAKIT LUPUS DAN PENCEGAHANNYA
Obat Antiinflamasi Non Steroidri di area persendian merupakan gejala paing umum yang sering dialami oleh penderita lupus. Untuk mengatasi masalah tersebut, penderita lupus akan disarankan untuk mengkonsumsi obat antiinflamasi non steroid. Beberapa jenis obat antiinflamasi non steroid seperti ibuprofen, naproxen, diclofenac, dan piroxecam merupakan beberapa jenis obat antiinflamasi yang dipercaya mampu meringankan gejala nyeri pada persendian.
Meskipun beberapa jenis obat tersebut dijual bebas di pasaran, namun sebaiknya Anda berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengkonsumsi obat tersebut apalagi jika Anda memiliki riwayat gangguan ginjal, lambung, dan juga hati. Jenis obat-obatan tersebut juga tidak baik untuk penderita penyakit asma. Sayangnya, mengkonsumsi obat antiinflamasi non steroid bisa menimbulkan kerusakan dinding lambung. Karena itulah dokter bisa menganjurkan pilihan lain untuk menghindari dampak negatif tersebut.
Kortikosteroid merupakan jenis obat yang dapat mengurangi inflamasi secara cepat dan efektif. Jenis obat ini biasanya akan diberikan oleh dokter ketika gejala yang dialami oleh penderita lupus tergolong parah. Ketika gejala dirasa cukup parah, dokter akan memberikan kortikosteroid dalam dosis yang tinggi. Kemudian dosis akan diturunkan seiring dengan menurunnya gejala yang dialami oleh pasien.
Beberapa efek samping bisa ditimbulkan melalui konsumsi jangka panjang obat-obatan ini, seperti penipisan tulang, penipisan kulit, peningkatan berat badan, dan juga tekanan darah tinggi. Namun hingga saat ini kortikosteroid merupakan jenis obat yang relatif aman untuk digunakan. Untuk meminimalisir efek samping biasanya dokter akan melakukan pengaturan pada pemberian obat.
Hydroxychloroquine merupakan salah satu jenis obat yang sering digunakan untuk mengobati penyakit malaria. Selain mengobati penyakit malaria, obat ini juga bisa digunakan untuk meredakan beberapa gejala pada penderita penyakit lupus, seperti nyeri sendi dan otot, kelelahan, serta ruam pada kulit.
Biasanya dokter akan menyarankan konsumsi obat ini dalam jangka panjang dengan tujuan untuk mencegah serangan yang parah, mengendalikan munculnya gejala, serta mencegah berkembangnya komplikasi yang sifatnya serius. Biasanya keefektifan obat ini akan terasa setelah mengkonsumsinya selama 1,5 sampai 3 bulan.
Namun, obat ini juga menimbulkan beberapa efek samping seperti gangguan pencernaan, bahaya diare, sering sakit kepala, serta ruam pada kulit. Penggunaan obat ini juga bisa menyebabkan komplikasi yang serius terhadap penglihatan. Namun, komplikasi tersebut sangat jarang terjadi. Namun ada baiknya Anda melakukan pengecekan medis jika Anda merasakan adanya gangguan penglihatan.
Obat imonusupresan memiliki cara kerja dengan menekan sistem kekebalan tubuh. Beberapa jenis obat imonusupresan yang sering disarankan oleh dokter adalah azathioprine, mycophenolate mofetil, dan juga cyclophosphamide. Jenis obat-obatan tersebut dapat meringankan gejala penyakit lupus dengan cara membatasi adanya kerusakan bagian tubuh yang sehat akibat adanya serangan sistem kekebalan tubuh.
Jenis obat ini biasanya juga akan dikombinasikan dengan kortikosteroid untuk memberikan hasil yang lebih efektif. Sayangnya, imonusupresan tergolong sebagai obat yang sangat keras dan memiliki banyak efek samping seperti mual dan muntah, kehilangan nafsu makan, pembengkakan pada gusi, diare, kejang-kejang, mudah lebam, kulit berjerawat, sakit kepala, kenaikan berat badan, serta pertumbuhan rambut yang berlebih.
Karena itulah biasanya dokter akan memberikan resep obat ini ketika gejala yang ditimbulkan sangat parah. Jika Anda merasa efek samping dari obat ini ternyata lebih mengganggu dibandingkan dengan manfaat yang diberikan maka Anda harus segera memeriksakan diri secara medis.
Imonusupresan juga bisa menyebabkan cacat lahir. Karena itu wanita hamil tidak disarankan untuk mengkonsumsi obat ini. Jika Anda ingin merencanakan program kehamilan maka sebaiknya Anda sedang berada dalam kondisi yang relatif baik dan tidak sedang mengalami gejala yang serius. Resiko untuk mengalami infeksi pada masa kehamilan akan sangat mungkin terjadi karena adanya sistem kekebalan tubuh yang ditekan.
Karena itu pemantauan dari dokter biasanya akan terus dilakukan untuk mencegah adanya komplikasi. Imonusupresan juga bisa memicu kerusakan pada fungsi hati. Karena itu selama melakukan pengobatan menggunakan obat ini biasanya akan dilakukan pemeriksaan darah secara bertahap.
Rituximab merupakan obat yang akan disarankan oleh dokter jika berbagai jenis obat lainnya tidak manjur untuk mengatasi gejala lupus. Obat ini masih tergolong baru. Awalnya obat ini dikembangkan untuk mengobati penyakit limfoma. Namundalam perkembangannya ternyata obat ini mampu meringankan gejala lupus. Rituximab bekerja dengan mengincar dan membunuh sel B. Sel tersebut merupakan sel yang dapat memproduksi antibodi yang menjadi pemicu gejala pada penyakit lupus. namun penggunaan obat ini juga menimbulkan efek samping seperti pusing, mual dan muntah, serta gejala yang menyerupai ciri-ciri flu (seperti menggigil dan juga demam tinggi). Selain itu, efek samping yang mungkin muncul adalah reaksi alergi. Biasanya reaksi alergi akan muncul selama pengobatan berlangsung atau setelah beberapa saat melakukan pengobatan. Namun efek samping elergi relatif sangat jarang terjadi.
PT. Autoimun Care Indonesia memberikan fasilitas konsultasi gratis untuk Anda yang memiliki keluhan Penyakit Autoimun dan mengenai obat herbal meningkatkan imunitas.
HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus ini menghancurkan sistem kekebalan tubuh manusia,…
Keputihan kerap kali mengganggu aktivitas sehari-hari bagi perempuan. Selain menyebabkan perasaan tidak nyaman, bau yang…
Menurut National Eczema Association (NEA), diketahui bahwa sensasi gatal pada kulit yang tidak teratasi bisa…
Informasi apakah menelan sperma bisa hamil adalah mitos belaka. Sebab faktanya sendiri, saluran reproduksi wanita…
Zat besi adalah komponen pokok dari hemoglobin, sejenis dari protein di dalam sel darah merah…
Meskipun sama-sama disebut gagal ginjal ternyata ada perbedaan gagal ginjal akut dan kronik sangat signifikan…
This website uses cookies.